Nggak ada yang serem di ceritaku ini, hanya sedikit menyedihkan!
Akar pohon mangga di depan rumahku sudah menandakan hal yang menakutkan yaitu membuat retakan di tempat pijakan ditamanku. Sebenarnya yang jadi masalah bukan itu, tapi disamping pohon itu ada sepsiteng rumahku yang menampung tabungan kami selama ini yang kemungkinanan akan meletus kalau jebol tertabrak akar. Ough,God! nggak bayang deh gw! hehehe... Maklumlah tabungan masa depan. Mama yang sudah memanggil orang untuk mengurangi cabang pohon saja pun berubah pikiran. Mama jadi meminta para penebang pohon itu mempelontos abis pohon nakal itu. hehehe.. (Emangnya jasusa di DA apa, dipelontos untuk pertanggungjawaban nggak ke mesjid!).
Aku yang memperhatikan para pekerja itu menyimpulkan
bahwasanya pekerjaan mereka semerawut. Bibik melapor kalau mereka tidak menyingkirkan bunga angrek peliharaan mama untuk diamankan dari reruntuhan pohon yang ditebang. Semenjak itulah bad feelingku muncul. Mama juga sudah merasakan bad feeling ketika kabel listrik rumahku tergantung tidak wajar. Kabel jatuh itu hari Rabu siang sebelum aku les. Kekhawatiran untuk mengeluarkan biaya yang lebih mahal untuk pembetulan kabel kami itu tidak terjadi sampai hari Kamis siang.
Seperti biasa hari Kamis adalah hari istirahatku dari semua kesibukanku. Tapi Kamis minggu ini, tepatnya tanggal 24 feb 2011 ini ada yang aneh. Kala telepon rumahku yang berdering kira-kira jam 11.45 WIB sudah dapat dipastikan itu dari adekku yang minta dijemput di pertigaan arah rumahku karena adek bilang kalau hari ini dia pulang cepat. Saat itu awan menandakan akan mengeluarkan isi perutnya. Rintikan demi rintikan yang dirasakan mama ketika hendak menjemput adekku, membuat mama bergegas mengambil jas hujan di jok motorku dan masuk lagi ke rumah untuk mengambil helm. Demi menjaga kesehatan mama maupun adekku.
Sesampainya mereka dirumah para awan pun meneteskan rintikannya semakin deras. "Mudah-mudahan jam empat udah reda yah dek!" kata mama karena mama mau mengantar adek les english jam 16.00 WIB. Beberapa saat setelah santapan makan siang lampu pun mati. Mati lampu memang kerap terjadi dikala hujan deras. Mama juga sempat bertanya ke tetangga dibelakang rumahku "Mati lampu ya buk?"
"Iya nih buk, mati lampu!" jawabnya. Hujan pun semakin deras, petir pun menyambar dengan terikan tajamnya. Setelah menatap hujan yang deras serta putaran angin yang menggulung itu di jendela ruang tamu kami mengarahkan badan menuju kamar masing-masing.
Kala itu aku yang sudah mempersiapkan peralatan belajar di kamarku dan langsung mengcancel untuk belajr gelap-gelapan. Lalu merebahkan badan. Mataku pun seraya mengikuti sejuknya udara dari jendela kamarku. Tapi karena aku ingat kalau azan Zhuhur belum berkumandang, aku pun memutukan untuk menyetel alarm di handphoneku. Aku menghidupkan alarm jam 14.00 WIB. Tapi entah kegelisahan apa ketika itu. Aku terbangun sebelum alarm itu berbunyi. Tidak seperti biasanya, biasanya sebesar apapun suara alarm takkan terdengar olehku kalau sudah beralaskan kasur dan memeluk guling.
Aku yang masih bermalas-malasan pun langsung mengidupkan mp3 dari handphoneku sebagai hiburan mati lampu. Coz kalau nggak ada musik, hidup jadi nggak asik. Iya nggak woi..? Mama pun yang terbangun tampak risih dengan keadaan taman yang berantakan langsung bergegas mengambil salah satu jilbab yang tergantung di setiap kursi dan bergegas mengambil batang-batang pohon yang berserakan. Aku pun yang malas tiba-tiba ingin sekali menyapu teras. Aku pun segera mengambil sapu disediakan khusus untuk teras yang tangkainya tinggal separoh. Maklumlah hana peng beli yang baru. hehehe..
Aku pun membuka pintu gudang untuk mengambil selang untuk menyiram daun yang berserak untuk mempercepat proses pembersihan. Awan sedang pembersihan sisa-sisa luapannya saja, hanya rintikan yang terlihat kala itu. Lampu sempat hidup beberapa saat sebelum mati lagi.
Awalnya kukira mati lampu yang kedua kalinya itu terjadi serentak juga di daerah rumahku. Tapi aku heran kenapa tetangga belakang lampunya menyala ketika aku mau menutup pintu lalu membatalkanya lagi karena takut gelap-gelapan sendirian dirumah. Setauku tetangga belakang nggak punya jenset. Mereka malah sering minta kongsi satu jenset sama kami. Aku yang ditinggal mama mengantar adek les diberi pesan membeli roti tawar yang tempatnya agak jauh dari rumah. Tapi karena para pekerja pemotong pohonku dateng aku terlebih dulu dimintai mama untuk merebus air untuk buat kopi dan menyuguhkan kolak pisang yang baru matang ke para tukang itu. Mama yang sudah sampai di tempat les adekku pun menelpon rumah. Mama memitaku masak nasi karena mama akan pulang malam karena menunggu adikku selesai les, sebab ayahku bilang dia akan pulang malam dan nggak sempat jemput adik. "Ough no! I can't to do it!". Mama tertawa kecil lalu said "Ough ya udah, nanti mama beliin nasi padang!". hahaha.. I said " I like it !". Lampu mati semakin membuatku malas untuk mandi karena kamar mandi gelap sekali. Sebenarnya banyak alternatifnya, bisa bawa senter atau lampu cas yang ada diruang TV ke kamar mandi. Yeah... tapi apa hendak dikata lagi, malas tetap malas. Aku mencuci rambut saja karena sudah waktunya aku Creambath. Lalu merebus air untuk bilas sekalian mandi. Selesainya mandi lampu pun belum hidup. Aku duduk di ruang tamu dengan pencerahan yang sudah remang-remang.
Mama dan adek sampai beberapa saat setelah adhzan magrib. Aku pun yang masih duduk di ruang tamu sampil karaukean dengan mp3 dari handphoneku pun terkejut ketika mama mengklekson rumah dan said "Kok lampunya nggak diidupin sih mbak?"
"Haaahhhh!Belum idup kok!" kataku sambil membuka pintu dan berusaha menekan-nekan tombol lampu.
"Ough, turun mungkin skringnya!" kata mama sambil mengambil sapu untuk menaikkan skring. "Loh nggak mati tuh?"
"Yang ini mungkin ma!" kata adikku menunjuk skring didalam rumah.
"Nggak juga dek?!" kata mama binggung setelah memanjat untuk mengotak ngatik skring.
Mama pun langsung menelpon PLN untuk menangani masalah kami.
"Mungkin kabel itu ya mbak yang putus!"kata mama.
"Ough, iya ma. Mungkin saja tuh!" ujarku langsung mengecek sepintas kabel yang menggantung di depan rumahku. "Yeah, nggak bisa nonton putri yang ditukar dong nih!"
"Ough, iya mbak handphone mama juga habis batre mbak!" kata mama. karena harapanku cman hp mama yang ada TV-nya.
Demi menenangkan diri kami pun sholat dan menyantap nasi bungkus di samping lampu dan lilin yang hidup. (Ough sedihnya!) Menunggu pihak PLN yang kedatangannya tidak bisa dipastikan itu pun kami memikirkan alternatif lain yaitu menghubungi no tetangga kami yang kebetulan kerja di PLN. No meraka tak satu pun aktif. Mereka pun sedang tidak ada di rumah. Mama yang berebah dikamar mendengar suara mobil mereka datang. Mama pun langsung loncat dan berlari keluar rumah untuk melapor.
Ayah pun yang baru tiba pun merasakan dampaknya. Ayah yang membawa handphone TV pun mengembirakanku. Tapi hp hanya bertahan sampai jam 22.00 wib saja. Selebihnya aku menuju kamar mandi untuk gosok gigi, ambil air wudhu. Lalu menuju kamar untuk sholat isya hanya dengan pencahayaan senter kecil. Sesak rasanya nafas gara-gara AC nggak bisa hidup. Dengan bergelap-gelap ria aku mulai memejamkan mata tapi nyamuk-nyamuk berpesta karena mereka bisa berekspresi dengan puas. Mau di tutupin selimut gerah bener tapi kalau nggak ditutup aku bisa kurus dihabisin nyamuk. Huft... dengan mengisakkan tangis aku mengeluhkan hal itu.
Sekitar jam 24.00 atau jam 00.00 mama membuka pintu kamar untuk mengambil cadangan senter yang ada di kamarku. Aku yang baru terlelap pun terkejut lalu bertanya "Loh kok diambil sih?"
"Iya, ini PLNnya udah dateng di depan perlu senter!"
"Ough!"
Aku pun mulai berusaha untuk tidur lagi tapi aku bisa tertidur agak lama karena banyak nyamuk sedang pesta dengan darahku.kenapa nggak lebakku saja ya? aku rela kok. hahaha.. Sekitar dua jam mereka baru selesai memperbaikinya.
Keesokkan paginya aku baru bertanya tentang peristiwa yang terjadi malam ketika aku sudah tidur. Ternyata di sekring pusat memang sempat terbakar karena petir. (OMG!)
Begitu toh.... hehehehehe....
THE END
1 komentar:
hahaha...
aneh....
Posting Komentar